REALITAKITA – Dalam Laporan Tahunan X-Force Threat Intelligence Index yang dikeluarkan oleh IBM, ditekankan terjadinya krisis identitas global karena tindakan para peretas yang terus mengancam pengguna di seluruh dunia.
Analisis yang melibatkan lebih dari 150 miliar kejadian keamanan yang dipantau setiap hari oleh IBM, Red Hat, dan Intezer, menyoroti bahwa penjahat dunia maya kini menemukan celah lebih banyak dalam memperoleh akses daripada sekadar meretas jaringan perusahaan melalui akun yang sah.
Seperti yang dikutip dari CNBC pada Kamis 22 Februari 2024 “Logikanya, bisa mengakses akun tanpa perlu meretasnya jauh lebih mudah daripada meretasnya, karena laporan tersebut mencatat bahwa mendapatkan kredensial adalah pilihan yang lebih disukai para pelaku ancaman,” tulis laporan tersebut dikutip dari Siliconangle, Kamis (22/2/2024).
Baca Juga:Pelanggaran Aturan oleh TikTok Shop, Begini Penjelasan dari Menteri TetenPrabowo Berencana Mendirikan Kementerian Terbaru, Ini Detailnya Terkuak!
Temuan IBM juga mencatat tingginya minat pelaku untuk mencuri kredensial korban, yang meningkat sebesar 266% dalam kasus malware infostealing pada tahun 2023.
Malware infostealing, yang dirancang untuk mencuri informasi identitas pribadi seperti email, media sosial, kredensial aplikasi, detail perbankan, dan data dompet kripto, telah menjadi perhatian utama.
Jalur masuk yang dianggap “mudah” ini sulit dideteksi, sehingga insiden besar yang diakibatkan oleh penyerang yang memanfaatkan akun yang sah menyebabkan respons tim keamanan menjadi jauh lebih kompleks.
Pelaku jahat dan kelompok ancaman juga terus menargetkan organisasi infrastruktur penting, dengan 70% serangan yang ditanggapi oleh X-Force tahun lalu ditujukan kepada target infrastruktur bernilai tinggi.
Lebih lanjut, hampir 85% dari serangan yang ditanggapi oleh X-Force dalam sektor ini disebabkan oleh eksploitasi aplikasi publik, phishing melalui email, dan penggunaan akun yang sah.
Sementara itu, kecerdasan buatan telah menjadi topik yang semakin mendapat perhatian dalam dunia teknologi pada tahun 2023, dan hal tersebut juga berlaku bagi pelaku kejahatan siber.
Laporan tersebut menjelaskan bahwa para pelaku kejahatan siber kini memanfaatkan kecerdasan buatan (AI) untuk meningkatkan hasil investasi mereka.
Baca Juga:FreeBuds Pro 3 dari Huawei akan segera diluncurkan di IndonesiaPerpres Industri Game Nasional mengamanatkan pembuatan 3-5 Game Multiplayer Unggulan
IBM mengemukakan bahwa seperti halnya ransomware yang mengikuti dominasi pasar Windows Server, penipuan melalui email bisnis juga meningkat seiring dengan populernya Microsoft 365, sementara cryptojacking menjadi lebih menonjol seiring dengan konsolidasi pasar infrastruktur sebagai layanan.