Realita Kita – Ekonomi Jepang meluncur ke dalam jurang resesi. Perekonomian Negara Sakura itu menyusut selama dua kuartal berturut-turut karena kurangnya permintaan domestik.
Dilansir dari Reuters, Hari Jumat (16/2/2024), pemerintah Jepang mencatat, Produk domestik bruto (PDB) menurun 0,4% secara tahunan (year-on-year/yoy) pada periode Oktober-Desember 2023, setelah turun 3,3% pada kuartal sebelumnya.
Sebelumnya ekonom justru memperkirakan rata-rata pertumbuhannya akan mengalami peningkatan sebesar 1,4%. Sedangkan secara triwulanan, PDB turun 0,1% dibandingkan dengan perkiraan rata-rata yang memperkirakan peningkatan 0,3%.
Baca Juga:Cara Mudah Mengatasi Lupa Kata Sandi InstagramPertalite Bakal Dihapus? Apa Alasanya?
Kontraksi dua kuartal berturut-turut umumnya dianggap sebagai definisi resesi teknis. Lemahnya kinerja ekonomi ini membuat Jepang kehilangan predikatnya sebagai negara dengan perekonomian terbesar ketiga di dunia, digantikan oleh Jerman.
Data yang lemah ini mungkin menimbulkan keraguan terhadap perkiraan bank sentral Jepang, Bank of Japan, bahwa kenaikan gaji akan mendukung konsumsi, dan membenarkan penghentian stimulus moneter besar-besaran secara bertahap.
“Ada risiko ekonomi akan menyusut lagi pada kuartal Januari-Maret karena melambatnya pertumbuhan global, kurangnya permintaan domestik dan dampak gempa Tahun Baru di Jepang bagian barat,” kata Kepala Ekonom di Credit Agricole, Takuji Aida.
“BoJ mungkin terpaksa menurunkan tajam perkiraan PDB-nya untuk tahun 2023 dan 2024,” tambahnya.
Setelah data tersebut dirilis, yen sedikit mengalami perubahan, menjadi di posisi 150,42 per US$, berada dekat dengan level terendahnya dalam tiga bulan.
Konsumsi Lemah
Sementara itu, data Pemerintah Jepang juga menunjukkan konsumsi swasta turun 0,2%, berkebalikan dengan proyeksi ekonom bahwa akan ada kenaikan 0,1%. Adapun konsumsi swasta sendiri mencakup lebih dari separuh aktivitas ekonomi.
Kemudian belanja modal, mesin pertumbuhan utama sektor swasta lainnya, turun 0,1%, dibandingkan perkiraan kenaikan 0,3%. Permintaan eksternal, atau ekspor dikurangi impor, menyumbang 0,2 poin persentase terhadap PDB karena ekspor naik 2,6% dari kuartal sebelumnya.
Baca Juga:Prancis Pangkas Subsidi Mobil Listrik, Mengapa?Elon Musk Melawan Pelacak Pesawat, Kisah Beli Twitter untuk Menghentikan Akun @elonjet
Sumber mengatakan kepada Reuters, BOJ telah menetapkan dasar untuk mengakhiri suku bunga negatif pada bulan April dan merombak bagian lain dari kerangka moneter ultra-longgarannya.
Namun, kemungkinan ia akan memperlambat pengetatan kebijakan berikutnya di tengah risiko yang masih ada.
Meskipun pejabat BOJ belum memberikan petunjuk kapan tepatnya mereka akan mengakhiri suku bunga negatif, banyak pelaku pasar memperkirakan tindakan seperti itu akan terjadi pada bulan Maret atau April.