Realita Kita – Wacana mengenai penyediaan layanan internet gratis telah menjadi perbincangan hangat dalam beberapa hari terakhir. Namun, mewujudkannya menjadi sesuatu yang cukup sulit.
Pasangan calon presiden dan calon wakil presiden nomor urut 3, Ganjar Pranowo-Mahfud Md, telah mengungkapkan niat mereka untuk tidak hanya menyediakan akses internet yang merata di seluruh Indonesia, tetapi juga yang cepat dan gratis jika terpilih pada Pemilu 2024.
Fokus utamanya adalah memberikan internet gratis di lingkungan sekolah.
Meski tujuannya terlihat positif, seorang Pengamat Telekomunikasi, Heru Sutadi, menyatakan keraguan saat diwawancara pada Kamis (4/1/2024), “Memang wacana atau janji kampanye itu secara tujuan bagus, tapi nampaknya tidak mudah untuk ditunaikan.”
Heru kemudian memberikan beberapa alasan sulitnya mewujudkan internet gratis.
Baca Juga:Daftar Game PlayStation Paling Ditunggu Oleh Gamer di Tahun 2024Apple Tarik Mundur iOS 17.3 Beta 2 Setelah iPhone Alami Gangguan!
Pertama, mayoritas jaringan telekomunikasi dan internet di Indonesia dikembangkan oleh penyelenggara jaringan dan penyedia layanan telekomunikasi dan internet.
“Karena dibangun swasta artinya ada biaya atau tarif yang dikenakan ke pengguna, agar biaya dalam bentuk capex dan opex itu bisa balik modal. Bahkan karena komersial, harus ada keuntungan yang didapatkan,” jelasnya.
Alasan kedua adalah pendapatan negara dari sektor penyelenggaraan internet dan telekomunikasi, termasuk kontribusi dari Universal Service Obligation (USO), mencapai lebih dari Rp 25 triliun.
Heru menyatakan bahwa jika layanan internet gratis diterapkan, maka pemerintah harus bersiap-siap untuk kehilangan pendapatan terbesar di luar pajak dan minyak bumi, yang berasal dari Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) dari penggunaan frekuensi dan persentase pendapatan kotor.
“Apalagi sektor telekomunikasi dan internet kerusakan terhadap alam sangat kecil beda dengan tambang. Bahkan, frekuensi tidak terlihat tapi biaya penggunaannya trilunan,” tambah mantan Komisioner BRTI ini.
Terakhir, Heru mengungkapkan bahwa pada tingkat internasional, yang ditekankan adalah ketersediaan akses internet dengan tarif yang terjangkau, bukan gratis atau mahal. “Bukan gratis atau mahal,” pungkasnya.