REALITAKITA – Pemerintah Republik Rakyat Tiongkok secara resmi menerapkan larangan terhadap ekspor teknologi Tanah Jarang.
Kebijakan ini merupakan kelanjutan dari pengawasan yang sangat ketat terhadap ekspor Teknologi tanah jarang sebelumnya.
Dilansir oleh Realitakita.com dari Reuters, langkah ini mulai berlaku pada Kamis (20/12/2023).
Baca Juga:Lava Storm 5G, Kombinasi Elegan Kamera 50 MP dan Layar Penuh HD+Xiaomi Pad 6 Max, Tablet Luas Terbaik dengan Layar Sebesar Laptop untuk Pengalaman Serba Lebih
Larangan tersebut dianggap sebagai strategi China untuk melindungi dominasi mereka dalam sektor teknologi dan industri logam strategis.
Perlu dicatat bahwa China menyumbang 70% dari produksi pengolahan tanah jarang pada tahun 2022.
Teknologi Tanah Jarang
Elemen ini terdiri dari 17 unsur, seperti lantanum, cerium, praseodymium, neodymium, promethium, samarium, europium, gadolinium, terbium, dysprosium, holmium, erbium, thulium, ytterbium, lutetium, skandium, dan yttrium.
Semua unsur dalam tanah jarang memiliki peran krusial dalam industri rudal, sistem senjata, kendaraan listrik, hingga chip semikonduktor pada perangkat smartphone.
Amerika Serikat (AS) menjadi pengimpor utama tanah jarang dari China.
Meskipun sebaran tanah jarang melimpah, konsentrasinya rendah karena mencampur dengan unsur lain seperti uranium dan thorium.
Proses ekstraksi tanah jarang sulit dan berpotensi menghasilkan limbah beracun.
China saat ini menyimpan 44 juta ton tanah jarang, setara dengan 34% dari cadangan dunia.
Pada Juli lalu, China telah membatasi ekspor dua unsur tanah jarang, yaitu galium dan germanium, bahan krusial dalam industri chip semikonduktor.
Baca Juga:Earphone dan Mic Gibran Saat debat Cawapres Jadi Sorotan, Begini Respon PakarHarga dan Spek OPPO A78 4G Desember 2023 Terbaru NFC, Baterai Jumbo, dan Layar AMOLED 90Hz!
Institut Investasi AS menyatakan bahwa pembatasan ekspor tanah jarang oleh China dapat berdampak negatif pada AS.
Mereka menyatakan kesulitan melihat bagaimana China dapat membatasi ekspor tanah jarang terhadap konsumen, barang produksi dalam negeri, dan barang global.
Tidak hanya itu, China sebelumnya menahan ekspor tanah jarang ke Jepang pada 2010 akibat sengketa wilayah Senkaku, yang mendorong Jepang mengurangi ketergantungan mereka pada tanah jarang dari China sejak 2018.
AS juga telah mengurangi ketergantungan pada tanah jarang dari 80% pada tahun 2014-2017 menjadi 74% pada periode 2018-2021.
Secara keseluruhan, larangan resmi yang diterapkan oleh Pemerintah China terhadap ekspor teknologi tanah jarang menandai langkah signifikan dalam upaya mereka untuk melindungi hegemoni dalam sektor teknologi dan industri logam strategis.
China, sebagai kontributor utama dalam produksi tanah jarang, dengan langkah ini dapat berdampak besar pada rantai pasok global, terutama Amerika Serikat yang merupakan pengimpor utama.