Realita Kita – Baru-baru ini, pendiri Facebook, Mark Zuckerberg, mengumumkan niatnya untuk membeli ratusan ribu chip pemrosesan kecerdasan buatan (AI) yang harganya mahal. Namun, para ahli memiliki kekhawatiran yang besar terkait tujuan penggunaannya.
Dalam unggahan Instagram yang mengumumkan rencana pembelian 350.000 chip grafis H100 Nvidia senilai sekitar USD 30.000 per unit, yang dianggap sebagai standar emas untuk mendukung model AI, Mark Zuckerberg menyatakan keinginannya untuk membangun Artificial General Intelligence (AGI) sebagai open source.
AGI merupakan istilah industri yang merujuk pada titik di mana kecerdasan buatan mencapai atau bahkan melampaui tingkat kecerdasan manusia.
Baca Juga:Model AI yang Sensasional dengan Penghasilan Rp 500 Juta per Bulan sebagai Pacar VirtualHuawei MateBook D 16 2024, Laptop Stylish dengan Performa Tinggi dan Harga Spesial Selama Promo!
Walaupun masih terdapat perdebatan mengenai kemungkinan terwujudnya AGI, potensinya telah cukup membuat khawatir, terutama terkait dengan niat Mark Zuckerberg.
“Dunia yang mengetahui keberadaan AGI open source sebelum kita memahami cara mengelola sistem kecerdasan buatan yang sangat kuat ini benar-benar menakutkan,” ungkap Dame Wendy Hall, seorang ilmuwan komputer di Universitas Southampton.
“Hal ini bisa menimbulkan kerugian besar jika jatuh ke tangan yang salah. Sangat tidak bertanggung jawab jika sebuah perusahaan merekomendasikannya,” tambahnya, seperti dilansir dari Futurism.
Hall menekankan bahwa kemungkinan terwujudnya AGI masih beberapa tahun lagi, memberikan waktu bagi masyarakat untuk merumuskan peraturan. Namun demikian, ia menyatakan bahwa ini merupakan masalah keamanan publik yang mendesak.
Andrew Rogoyski, direktur Institute for People-Centred AI di University of Surrey, setuju dengan keprihatinan Hall mengenai potensi Meta sebagai pemain dalam AGI.
“Terdapat argumen yang mendalam dan kompleks mengenai manfaat model AI open source saat ini, yang mendukung pandangan bahwa penerapan AGI bisa menjadi penyelamat dunia atau malapetaka besar. Namun, keputusan semacam ini perlu diambil berdasarkan konsensus internasional, bukan atas keputusan dewan direksi raksasa teknologi,” ujarnya.
Impian Meta mengenai AI open source telah lama mendapatkan kritik. Pada musim panas tahun lalu, Hall bahkan menyebut model bahasa besar open source perusahaan, Llama 2.
Baca Juga:Vivo Y100 5G, Penampakan Desain Elegan dan Bocoran Spesifikasi Menarik Sebelum Rilis di IndonesiaiPhone 16 Pro dan Pro Max Siap Guncang Pasar dengan Penyimpanan 2TB dan Tombol Capture!
Mirip dengan memberikan alat kepada individu untuk membuat bom nuklir karena kemudahan penggunaannya oleh siapa pun.
Meta tentu bukan satu-satunya perusahaan yang berupaya membangun AGI. Meskipun ada pesaing seperti OpenAI dan Google DeepMind, tampaknya hanya Meta yang ingin menjadikan AI sebagai open source, sehingga menimbulkan sejumlah kekhawatiran.