RealitaKita – Beberapa varian laptop bisnis Asus yang diproduksi di Indonesia telah mencapai Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) di atas 40%. Asus menyatakan kesiapannya apabila pemerintah merealisasikan rencana peningkatan TKDN untuk laptop hingga 65%.
Head of PR Asus Indonesia, Muhammad Firman, menjelaskan bahwa laptop bisnis Asus saat ini mampu mencapai TKDN di atas 40% berkat proses perakitan yang dilakukan di Batam serta pengadaan aksesori yang melibatkan perusahaan lokal.
Firman menambahkan bahwa setiap pembelian laptop bisnis Asus yang diproduksi di Indonesia akan disertai paket penjualan yang mencakup dua tas yang diproduksi di Jepara, headset dan kabel USB-C yang dibuat di Tangerang, serta charger yang diproduksi oleh perusahaan di Batam.
Baca Juga:Radiasi HDMI, Celah Baru untuk Mencuri Data Lewat AIEric Schmidt Kritik Budaya Kerja Google: Terlalu Santai dan Tertinggal dari ChatGPT
“Saat ini, TKDN sudah mencapai 40%, dan ketika pemerintah menetapkan target TKDN 65% pada tahun 2026, tentu akan lebih banyak mitra lokal yang kami undang untuk bekerja sama dalam memproduksi laptop kami,” ujar Firman dalam media briefing di Jakarta, Jumat (16/8/2024).
Firman juga menyampaikan bahwa sebenarnya lebih murah bagi Asus untuk mengimpor aksesori laptop langsung dari China. Namun, Asus memilih bekerja sama dengan produsen aksesori lokal untuk mendukung ekosistem IT di Indonesia dan memenuhi skor TKDN sesuai regulasi pemerintah.
Ia mengakui bahwa untuk komponen laptop seperti prosesor, memori, panel, dan sebagainya masih harus diimpor dari luar negeri untuk dirakit di Indonesia. Hal ini dikarenakan produsen komponen seperti Intel, AMD, dan Samsung belum memproduksi perangkatnya di Indonesia.
Meski demikian, Firman mengungkapkan bahwa PT Sat Nusapersada, mitra perakitan Asus di Indonesia, sebenarnya mampu melakukan lebih dari sekadar perakitan jika diperlukan untuk meningkatkan TKDN di atas 65%. Namun, karena saat ini TKDN yang dibutuhkan baru 40%, Asus merasa tidak perlu terlalu terburu-buru.
“Mitra kami di Sat Nusa Batam bahkan bisa memproduksi motherboard mulai dari cetakan kosong hingga pemasangan semua komponennya,” kata Firman.
“Mereka sebenarnya sudah siap, namun karena targetnya baru 40%, kami merasa belum perlu melangkah sejauh itu,” pungkasnya.