RealitaKita – Serangan peretasan, atau lebih tepatnya spoofing, terhadap sistem GPS pada pesawat maskapai komersial mengalami peningkatan yang signifikan.
Berdasarkan laporan dari peneliti OPSGROUP, jumlah insiden GPS spoofing mengalami lonjakan hingga 400% dalam beberapa bulan terakhir. Mayoritas insiden ini melibatkan sistem GPS ilegal yang berada di darat, khususnya di wilayah konflik.
GPS spoofing ini menyebarkan sinyal palsu di area tertentu dengan tujuan utama mengacaukan sistem GPS pada drone atau rudal, seperti dilansir oleh RealitaKita dari Reuters pada Selasa (13/8/2024).
Baca Juga:Jaringan Internet IKN Menjelang Upacara HUT RI: Wamenkominfo Pastikan Tidak Akan LemotBiznet Menyediakan Solusi Koneksi Stabil di The 90's Festival
“Kita sering terlalu fokus pada GPS sebagai sumber posisi, namun sebenarnya GPS juga menjadi sumber waktu,” ujar Ken Munro, pendiri Pen Test Partners, sebuah perusahaan keamanan siber asal Inggris, dalam presentasinya di konvensi hacker DEF CON di Las Vegas, Amerika Serikat.
“Kami mulai menerima laporan tentang masalah pada sistem waktu di pesawat saat terjadi insiden spoofing,” lanjutnya.
Dalam penjelasan lebih lanjut, Munro menguraikan insiden yang melibatkan pesawat dari maskapai besar. Dalam insiden tersebut, sistem waktu di pesawat tiba-tiba berubah dan maju beberapa tahun, menyebabkan pesawat tidak dapat mengakses sistem komunikasi yang terenkripsi secara digital.
Pesawat tersebut akhirnya harus di-grounded selama beberapa minggu agar teknisi dapat melakukan reset sistemnya.
Pada bulan April lalu, maskapai Finnair bahkan terpaksa menghentikan sementara penerbangan ke kota Tartu di Estonia akibat masalah GPS spoofing ini. Pemerintah Estonia menuduh Rusia berada di balik insiden tersebut.
Sistem GPS sangat berguna dalam menentukan posisi, terutama posisi pesawat. Namun, sinyal GPS ini dapat dengan mudah diganggu atau bahkan diblokir menggunakan komponen-komponen yang murah dan mudah didapat, bahkan oleh individu dengan keterampilan teknis yang tidak terlalu tinggi.
“Apakah hal ini akan menyebabkan pesawat jatuh? Tidak. Namun, ini akan menimbulkan kebingungan dan dapat memicu serangkaian kejadian, mulai dari insiden kecil yang memicu insiden kecil lainnya, hingga akhirnya menjadi kejadian yang serius,” jelas Munro.