RealitaKita – Sisa-sisa tubuh manusia ditemukan di dalam perut buaya raksasa. Reptil tersebut diduga telah memangsa seorang pria yang sedang memancing saat berlibur bersama keluarganya di Australia.
Sisa tubuh tersebut diyakini milik David Hogbin, pria berusia 40 tahun dari New South Wales (NSW). Dia hilang setelah terjatuh dari tepian yang curam ke Sungai Annan di negara bagian Queensland dan tidak pernah muncul ke permukaan.
Penjaga satwa liar kemudian membunuh seekor buaya sepanjang sekitar 5 meter setelah menemukannya di dekat lokasi pria tersebut menghilang. Buaya yang diduga memangsa korban memiliki bekas luka di moncongnya, mirip dengan yang dilaporkan oleh para saksi.
Baca Juga:Menteri Komunikasi dan Informatika Dorong Transformasi Digital Inklusif di Asia PasifikIndosat Gencar Adopsi AI, Bantah Pengurangan Karyawan
“Petugas perlindungan satwa liar telah melakukan eutanasia terhadap seekor buaya besar yang diyakini bertanggung jawab atas serangan fatal di Sungai Annan,” kata Departemen Lingkungan Hidup setempat seperti yang dilansir oleh The Independent Inggris, Rabu (7/8/2024).
“Hewan tersebut memiliki tanda di moncongnya. Petugas perlindungan satwa liar mengeluarkan hewan itu dari sungai dan akan menyerahkannya ke Kepolisian Queensland,” tambah mereka.
Korban adalah seorang turis yang berlibur bersama keluarganya. Ia memancing di lokasi yang dikenal dengan sebutan Crocodile Bend, yang populer di kalangan wisatawan yang datang untuk melihat reptil besar ini. “Ia berada di atas tepi sungai dan jatuh ke dalam air yang cukup dalam,” kata Shane Holmes, pengawas setempat.
“Saya yakin itu adalah kecelakaan,” imbuhnya. Biografi di Jewells Medical Centre menyatakan bahwa Hogbin adalah seorang dokter dan di waktu luangnya gemar berkemah bersama istri dan tiga putranya.
Sebelumnya telah terjadi tiga serangan buaya yang berakibat kematian di Australia pada tahun 2024 ini. Hal ini mendekati jumlah korban tewas tahunan terburuk yang pernah tercatat, yaitu empat korban pada tahun 2014.
Populasi buaya telah meningkat pesat di wilayah tropis utara Australia sejak mereka menjadi spesies yang dilindungi pada awal tahun 1970-an. Perburuan untuk diambil kulitnya sejak tahun 1950-an hampir memusnahkan mereka, tetapi kini jumlahnya kembali terus bertambah.