Mantan Presiden Rusia Mengancam Serangan Nuklir ke AS Jika Putin Gagal di Ukraina

Mantan Presiden Rusia Mengancam Serangan Nuklir ke AS
Mantan Presiden Rusia Mengancam Serangan Nuklir ke AS/ foto via/REUTERS
0 Komentar

REALITAKITA – Dmitry Medvedev, yang merupakan sekutu dekat Presiden Vladimir Putin dan juga Wakil Ketua Dewan Keamanan Rusia, mengeluarkan ancaman bahwa Moskow akan memobilisasi senjata nuklir dalam skenario di mana Ukraina dan sekutunya berhasil mengusir Rusia dari wilayah tersebut.

Hal ini terjadi di tengah tegangnya hubungan antara Barat dan Moskow akibat konflik di Ukraina.

Medvedev menyoroti potensi konsekuensi dari kekalahan Rusia dan kemenangan “Ukraina dan sekutunya”, dengan menegaskan bahwa itu akan menjadi kemenangan bagi entitas yang disponsori Barat, termasuk neo-Nazi.

Baca Juga:Catatlah, Realme 12 Series 5G akan Dirilis di Indonesia Pada Tanggal TertentuJadwal perjalanan KRL Jogja-Solo untuk minggu ini, dari tanggal 19 hingga 25 Februari 2024.

Dia menggambarkan keruntuhan Rusia sebagai kembalinya ke batas-batas tahun 1991, yang menandai era Uni Soviet.

Menurutnya, kemenangan Barat akan menyebabkan kehancuran total Rusia dan mengarah pada upaya Barat untuk memanfaatkan semua aset strategis negara tersebut.

Seperti yang dikutip dari CNBC pada 19 Februari 2024,  Ancaman nuklir kemudian diungkapkan, dengan mantan Presiden Rusia tersebut mengancam untuk meluncurkan serangan nuklir terhadap kota-kota besar di Amerika Serikat dan Eropa sebagai langkah untuk mempertahankan kedaulatan Rusia. 

Dia menekankan pentingnya keberanian dalam menghadapi ancaman terhadap tanah air.

Serangan Rusia terhadap Ukraina dimulai hampir dua tahun yang lalu, dan sejak itu, Putin dan pejabat Rusia lainnya telah mengancam untuk menggunakan senjata nuklir dalam konteks kampanye militer mereka di Ukraina dan dalam menghadapi negara-negara Barat, terutama anggota NATO.

Meskipun mendapat tekanan dari Barat, Rusia berhasil merebut kendali atas kota strategis di medan perangnya, Avdiivka.

Keberhasilan ini dianggap sebagai pencapaian penting oleh Putin dan pihak Kremlin, terutama dalam konteks kekurangan amunisi yang dirasakan oleh pihak Ukraina dan penundaan bantuan militer dari Amerika Serikat yang telah berlangsung berbulan-bulan.

Perebutan Avdiivka juga dipandang sebagai indikator kemajuan bagi Moskow, menguatkan posisi Rusia dalam konflik dengan Ukraina dan memberikan dorongan moral yang signifikan menjelang pemilihan Putin bulan depan.

Baca Juga:Redmi A3 secara resmi diperkenalkan di pasar Indonesia!2 Cara Masuk Recovery Mode Xiaomi, Selamatkan Ponsel Anda!

Hal ini juga dianggap sebagai langkah untuk mengkonsolidasikan pengaruh Rusia di wilayah Donetsk yang diduduki oleh pasukan Rusia dan pro-Rusia sejak tahun 2014.

(hil/hil)

0 Komentar