Salah satu jenis konten AI yang belum bisa diidentifikasi dengan teknologi saat ini adalah teks yang dihasilkan oleh AI, seperti yang dibuat oleh ChatGPT.
Meta belum memberikan informasi mengenai rencana mereka untuk menangani konten AI yang tersebar di WhatsApp.
Penipuan Deepfake
Selain digunakan untuk kepentingan media sosial, konten deepfake juga mulai digunakan untuk penipuan online.
Baca Juga:Fitur Rahasia WhatsApp Secret Code, Potensi Dampak Negatif pada Kesetiaan HubunganDebut Global Xiaomi 14 Series Meluncur pada 25 Februari!
Seorang pekerja di industri keuangan menjadi korban penipuan senilai US$25 juta (Rp 392,97 miliar) melalui penggunaan teknologi deepfake.
Menurut pihak kepolisian di Hong Kong, penipu menyamar sebagai kepala keuangan perusahaan dalam sebuah panggilan konferensi video menggunakan deepfake.
Korban ditipu dengan dihadapkan pada panggilan video yang seolah-olah dihadiri oleh beberapa anggota staf perusahaan, padahal semuanya adalah rekayasa palsu, demikian pernyataan dari polisi Hong Kong seperti yang dilaporkan oleh CNN International pada Senin (5/2/2024).
Baron Chan Shun-ching, seorang pengawas senior, menjelaskan bahwa korban mulai merasa curiga setelah menerima pesan dari sang kepala keuangan perusahaan yang berbasis di Inggris.
Awalnya, korban menganggap pesan tersebut sebagai email phishing karena meminta transaksi rahasia.
Namun, keraguan tersebut lenyap setelah korban berinteraksi dalam panggilan video, karena orang-orang yang hadir terlihat dan terdengar seperti rekan kerja yang dikenal oleh korban.
Akibatnya, korban setuju untuk mentransfer total US$200 juta dolar Hong Kong atau sekitar Rp 392,97 miliar.
Baca Juga:Inovasi Terbaru Nokia G22, Varian ‘So Peach’ dan Fitur Perbaikan Sendiri!Earphone TWS Itel S9 Pro Meluncur, Suara Jernih dan Anti-Bising dengan Teknologi AI
Kasus ini hanya salah satu dari beberapa kasus penipuan yang melibatkan teknologi deepfake. Pihak kepolisian Hong Kong telah melakukan enam penangkapan terkait dengan kasus penipuan semacam ini.
(hil/hil)